INDIKATOR ALAM
KULIT MANGGIS
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Kimia yang dibina oleh
Kamal Bahtiar Mustofa, S.Pd.
disusun oleh :
Sonia Wijayanti
Wahdatun Nisa Ilfatin
Taufik Hilmany
Kelas
XI
IPA 2

SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI 7 GARUT
Jalan
Hanjuang No. 20 Bungbulang Garut 44165
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum indikator alam sebagaimana mestinya.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini
yaitu guru pembimbing kami Bapak Kamal Bahtiar Mustofa, S.Pd. yang tiada letih
senantiasa membimbing kami dan memberi masukkan untuk membuat laporan ini.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan kekurangan, oleh karena itu kami dengan kerendahan hati meminta maaf
kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran untuk perbaikan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.
Hanjuang,
18 Februari 2014
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................
DAFTAR
ISI..................................................................................
BAB
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG................................................................
B. RUMUSAN
MASALAH............................................................
C. MAKSUD DAN
TUJUAN.........................................................
D. TANGGAL
PRAKTIKUM…………………………………….
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. PENGERTIAN
INDIKATOR………………………………..
B. ALAT DAN
BAHAN...............................................................
BAB
III
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN…………………………………….
B. PEMBAHASAN......................................................................
BAB
IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN........................................................................
B. SARAN.................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam
kehidupan sehari-hari akan ditemukan senyawa dalam tiga keadaan yaitu asam,
basa, dan netral. Ketika mencicipi rasa jeruk maka akan terasa asam karena
jeruk mengandung asam. Sedangkan ketika mencicipi sampo maka akan terasa pahit
karena sampo mengandung basa. Namun sangat tidak baik apabila untuk mengenali
sifat asam atau basa dengan mencicipinya karena mungkin saja zat tersebut mengandung
racun atau zat yang berbahaya.
Sifat asam
dan basa suatu zat dapat diketahui menggunakan sebuah indikator. Indikator yang
sering digunakan antara lain kertas lakmus, fenolftalein, metil merah dan brom
timol biru. Indikator tersebut akan memberikan perubahan warna jika ditambahkan
larutan asam atau basa. Indikator ini biasanya dikenal sebagai indikator
sintetis. Dalam pembelajaran kimia khususnya materi asam dan basa indikator
derajat keasaman diperlukan untuk mengetahui pH suatu larutan. Karena itu setiap
sekolah seharusnya menyediakan indikator sintetis untuk percobaan tersebut.
Tetapi pada kenyataannya, tidak semua sekolah mampu menyediakan indikator
sintetis. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain sehingga proses
pembelajaran tetap berjalan lancar indikator pH sintetis dapat diganti dengan
alternatif lain berupa indikator pH dari bahan-bahan alam atau tanaman.
Dengan
didasari pemikiran bahwa zat warna pada tanaman merupakan senyawa organik
berwarna seperti dimiliki oleh indikator sintetis, selain itu mudah dibuat juga
murah karena bahan-bahannya mudah didapat serta menambah pengetahuan tentang
manfaat bunga tapakdara, jengger ayam dan tembelekan. Karakteristik bunga yang
baik digunakan sebagai indikator pH yaitu bunga yang masih segar berwarna tua
digunakan hanya mahkota bunga sedangkan benang sari dan putik tidak digunakan.
Pada pembuatan indikator cair bunga dicuci dengan air mengalir agar bersih juga
dimaksudkan agar pigmen warna bunga tidak ikut larut dalam air. Bunga yang
sudah dicuci kemudian dipotong kecil-kecil untuk memperluas permukaan bunga
sehingga proses pelarutan bunga lebih efektif. Semakin luas permukaan bunga
maka semakin banyak pigmen warna bunga yang larut pada proses pelarutan.
B.
RUMUSAN MASALAH
Indikator
asam dan basa adalah zat warna yang mempunyai warna yang berbeda dalam larutan
asam dan basa sehingga dapat digunakan untuk membedakan sifat larutan asam dan
basa seperti lakmus, indicator universal, dll.
Selain
indicator yang ada di atas ada pula indicator dari bahan-bahan alam seperti
ekstrak tumbuh-tumbuhan.
C.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Menentukan indicator asam dan basa dari kulit manggis
D.
TANGGAL
PRAKTIKUM
Praktikum
dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2014
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN
INDIKATOR ASAM BASA
Indikator asam basa adalah senyawa
khusus yang ditambahkan pada larutan, dengan tujuan mengetahui kisaran pH dalam
larutan tersebut. Indikator asam basa biasanya adalah asam atau basa organik
lemah. Senyawa indikator yang tak terdisosiasi akan mempunyai warna berbeda
dibanding dengan indikator yang terionisasi. Sebuah indikator asam basa tidak
mengubah warna dari larutan murni asam ke murni basa pada konsentrasi ion
hidrogen yang spesifik, melainkan hanya pada kisaran konsentrasi ion hidrogen.
Kisaran ini merupakan suatu interval perubahan warna, yang menandakan kisaran
pH. Larutan yang akan dicari tingkat keasamannya diberi suatu asam basa yang
sesuai, kemudian dilakukan suatu titrasi. Perubahan pH dapat diketahui dari
perubahan warna larutan yang berisi indikator. Perubahan warna ini sesuai
dengan kisaran pH yang sesuai dengan jenis indikator. Dalam titrasi asam basa,
zat-zat yang bereaksi umumnya tidak berwarna sehingga Anda tidak tahu kapan
titik stoikiometri tercapai. Misalnya, larutan HCl dan larutan NaOH, keduanya
tidak berwarna dan setelah bereaksi, larutan NaCl yang terbentuk juga tidak
berwarna. Untuk menandai bahwa titik setara pada titrasi telah dicapai
digunakan indikator atau penunjuk. Indikator ini harus berubah warna pada saat
titik setara tercapai. Apakah indikator asam basa itu? Indikator asam basa
adalah petunjuk tentang perubahan pH dari suatu larutan asam atau basa.
Indikator bekerja berdasarkan perubahan warna indikator pada rentang pH
tertentu. Anda tentu mengenal kertas lakmus, yaitu salah satu indikator asam
basa. Lakmus merah berubah warna menjadi biru jika dicelupkan ke dalam larutan
basa. Lakmus biru berubah menjadi merah jika dicelupkan ke dalam larutan asam.
Terdapat beberapa indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup akurat
akibat pH larutan berubah, seperti indikator metil jingga, metil
merah, fenolftalein, alizarin kuning, dan brom timol biru.
Untuk mengetahui pada pH berapa suatu indikator berubah warna (trayek pH
indikator).
Indikator asam basa umumnya berupa
molekul organik yang bersifat asam lemah dengan rumus HIn. Indikator memberikan
warna tertentu ketika ion H+ dari larutan asam terikat pada molekul HIn dan
berbeda warna ketika ion H+ dilepaskan dari molekul HIn menjadi In–. Salah satu
indikator asam basa adalah fenolftalein (PP), indikator ini banyak digunakan
karena harganya murah. Indikator PP tidak berwarna dalam bentuk HIn (asam) dan
berwarna merah jambu dalam bentuk In– (basa).
Identifikasi larutan di laboratorium
dapat menggunakan empat jenis larutan indikator, yaitu larutan fenolftalein,
metil merah, metil jingga, dan bromtimol biru. Larutan indikator ini tidak
seperti indikator lakmus yang mudah penggunaannya. Warna-warna yang terjadi
pada larutan indikator jika dimasukkan ke dalam larutan asam dan basa, agak sulit
diingat. Sebagai contoh, larutan fenolftalein. Pada lingkungan asam, larutan
fenolftalein tidak berwarna, di lingkungan basa berwarna merah, sedangkan di
lingkungan netral tidak berwarna. Berarti, untuk membedakan apakah suatu
larutan bersifat asam atau netral, tidak cukup hanya dengan menggunakan larutan
fenolftalein.
Larutan metil merah dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan netral. Larutan asam yang ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah, sedangkan larutan netral berwarna kuning. Akan tetapi, metil merah juga akan menyebabkan larutan basa berwarna kuning, Berarti, untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat basa atau netral kita tidak dapat menggunakan metil merah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel warna larutan berikut ini.
Warna Larutan indikator pada Lingkungan Asam, Basa, dan Netral :
1. Fenolftalein
Asam : tidak berwarna; Basa : merah; Netral: tidak berwarna
2. Metil merah
Asam : merah; Basa : kuning; Netral : kuning
3. Metil jingga
Asam : merah; Basa : kuning; Netral : Kuning
4. Bromtimol biru
Asam : Kuning; Basa : Biru; Netral : Biru agak kuning
Larutan metil merah dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan netral. Larutan asam yang ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah, sedangkan larutan netral berwarna kuning. Akan tetapi, metil merah juga akan menyebabkan larutan basa berwarna kuning, Berarti, untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat basa atau netral kita tidak dapat menggunakan metil merah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel warna larutan berikut ini.
Warna Larutan indikator pada Lingkungan Asam, Basa, dan Netral :
1. Fenolftalein
Asam : tidak berwarna; Basa : merah; Netral: tidak berwarna
2. Metil merah
Asam : merah; Basa : kuning; Netral : kuning
3. Metil jingga
Asam : merah; Basa : kuning; Netral : Kuning
4. Bromtimol biru
Asam : Kuning; Basa : Biru; Netral : Biru agak kuning
B.
ALAT DAN BAHAN
I.
ALAT
Ø Alat
penghancur (cobek)
Ø Penyaring
Ø Gayung
Ø Gunting
Ø Mangkok
Ø Sendok
II.
BAHAN
Ø Kulit
manggis
Ø Larutan
sabun
Ø Larutan cuka
Ø Air
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL PENGAMATAN
Hasil
pengamatan kami adalah setelah indikator alam dari kulit manggis selesai, kami
mencelupkan kertas tersebut dalam larutan sabun (basa) dan larutan cuka (asam).
Setelah
dicelupkan ternyata ada perubahan warna yang terjadi pada kertas tersebut,
larutan asam adalah warna kuning. Sedangkan pada larutan basa, kertas berubah
warna menjadi warna coklat.
B.
PEMBAHASAN
Cara kerja :
Ø Memasukan
kulit manggis secukupnya ke dalam mangkok, dan menumbuknya sampai halus
Ø Menumbuk
kulit manggis sampai halus
Ø Menambahkan
sedikit air pada mangkok
Ø Menyaring hasil kulit manggis dan menuangkannya ke
dalam mangkok berukuran besar
Ø Merendam
kertas buram / kertas lakmus di dalam mangkok yang berukuran besar kurang lebih
15 menit
Ø Menguji coba kertas buram yang telah kering pada
larutan asam basa;
Ø Menggunting kertas buram yang sudah kering dengan
ukuran panjang 5 cm dan lebar 1,5 cm;
Ø Menjilid hasil potongan kertas buram untuk dikumpulkan
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
·
Berdasarkan praktikum yang
sudah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa kulit manggis bisa dijadikan
indikator asam basa alami karena jika ditetesi dengan larutan cuka dan larutan
sabun akan mengalami perubahan warna yang kontras ataupun yang hanya mengalami
sedikit perubahan warna seperti yang disebutkan pada hasil pengamatan diatas.
B.
SARAN
Sebaiknya peralatan yang telah
digunakan dibersihkan kembali dan disimpn ditempatnya semula agar tidak
mendatangkan dampak buruk yang tidak terduga / dampak buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar